Postingan saya, Adalah hal yang saya Butuhkan

cerita guruku yang luar biasa (Bp.Abdussyakur)

Aku & Bogor

Antara aku dan “Bogor”
Aku adalah anggota PETAPA (pemuda tombo pecinta alam). Petapa memaknai alam sangat luas, tidak hanya gunung, hutan atau air, namun alam adalah segala yang ada dibumi ini….
Tulisan ini bercerita tentang hubungan diriku dan kota yang bernama Bogor, sehingga aku bisa seperti ini…
Kisah ini berawal dari tahun 2002, setting alur cerita tentang diriku pun akan aku mulai dari tahun itu, berawal dari perkenalan sejenak diteras masjid At Taqwa Tombo sehabis sholat Jum’at dengan seorang yang kuaanggap asing, aku mengulurkan tangan sambil bertanya dari mana pak?, lelaki memakai kaos putih gambar perahu dan celana kolor  dengan perawakan gemuk dan kulit wajah  berongkol sambil sedikit senyum menjawab baehaqie dari bogor, kemudian akupun menyebut namaku – syakur. Kemudian lelaki itu (yang nanti aku sebut dengan panggilan Pak Be) bilang – nanti ikutan ngumpul di Balai desa ya mas…, aku jawab Insya Allah pak….
Rupanya inilah awal aku akan memulai sejarah hidupku dengan sesuatu yang baru, sesuatu yang beda, sesuatu yang membuatku kenal dengan banyak orang orang hebat, sesuatu yang merubah cara berfikirku, sesuatu yang nantinya akan membuatku lebih bisa melihat dunia…
Sorenya aku ikut pertemuan di balai desa, ternyata disitu banyak warga desa tombo dan banyak pula orang asing, yang ternyata dikemudian hari aku mengenalnya denga sebutan mitra dieng. Perjumpaanku dengan Pak Be pada awalnya tidak membawa kesan banyak, pada saat itu aku hanya mengikuti acara saja tanpa punya pikiran apa apa, ternyata kegiatan pertemuan yang aku ikuti adalah perencanaan desa, luar biasa memang, semua masyarakat bisa berpendapat, bisa tertawa, bisa duduk bareng dengan para petinggi desa dengan santai dan akrab, hubungan yang biasanya antara “ndoro” dengan jelata sekarang campur bersama seperti layaknya teman yang saling berbagi dan mengisi.
Usai kegiatan yang dilaksanakan pada bulan agustus tersebut tidak membawa kesan yang berarti pada diriku, kecuali hanya sebuah iklim baru dalam musyawarah, yaitu antara masyarakat dengan pamong desa tidak ada bedanya dalam berpendapat dan aku mempunyai teman baru dari desa Gunung Simpang Cianjur yang bernama Kang Rasman. Selang beberapa bulan aku mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan yang sama di desa kayupuring kecataman petungkriyono kabupaten pekalongan, pada awalnya aku malas, karena suasana baru lebaran tujuh hari, namun karena posisiku pada waktu itu sebagai anggota BPD dan kegiatan yang akan dilaksanakan adalah penguatan BPD maka aku ikut bersama dengan Lek Waris (Ketua BPD).
Dalam kegiatan kedua inilah aku lebih mengenal Pak Be, aku banyak ngobrol, curhat, dan ternyata pikiran pikiran Pak Be secara tidak langsung telah mempengaruhi ruh dan semangatku dalam membangun desa, aku menjadi semakin liar, aku merasa bahwa Negara ini adalah milikku sehingga apapun yang akan diatur Negara, maka aku berhak untuk turut campur dan menentukan nasibku sendiri (gila ya….)
Setelah kegiatan didesa kayu puring itu, aku diajak oleh teman teman mitra dieng untuk ikut belajar memfasilitasi dan menjadi nara sumber dalam kegiatan perencanaan desa di wilayah kabupaten Pekalongan dan Batang, yaitu desa Botosari dan Silurah, lagi lagi bersama lek Waris.
Kemudian pada bulan Desember 2002, didesa Tombo diadakan kegiatan lagi yaitu Rencana Detail Kelola Hutan (RDKH), yang kemudian lagi lagi aku bertemu dengan Pak Be selama tiga hari, pada saat itu aku sudah belajar menjadi panitia sehingga aku lebih banyak bicara dengan Pak Be tentang strategi pengelolaan hutan, aku diberi undang undang otonomi daerah, undang undang tentang pengelolaan hutan, undang undang tentang sumber daya alam, dan masih banyak lagi undang undang yang aku sendiri malas untuk membacanya, namun semakin aku kenal dengan Pak Be, semakin liar pikiranku.
Puncak rangkaian pertemuan itu adalah ketika pada bulan Maret – April 2003 diadakan Seminar dan Lokakarya Nasional didesaku, peserta yang hadir adalah dari desa di enam kabupaten di jawa tengah, aku menjadi panitia, sehingga lagi lagi aku banyak ngobrol dengan Pak Be, tentang hakikat hutan untuk kesejahteraan masyarakat. Dalam kegiatan ini, aku bertambah teman dan sekaligus guru, yaitu Kang Iwan, Pak Ernan Rustiadi, Pak Effendi Anwar (Pepen) yang ternyata mereka adalah teman teman seperjuangan Pak Be dan mereka semua berasal dari Bogor.
Setelah seminar nasional, sebenarnya hubungan intim antara desa tombo dan mitra dieng plus Pak Be agak renggang, karena tidak ada lagi kegiatan tindak lanjut yang sifatnya desa.
Disisi lain pada diriku dan teman teman di Tombo yang sejak awal konsisten berjuang didesa mulai berkecamuk pikiran, yaitu antara kenyataan didesa dengan kenyataan undang undang yang sangat jauh kondisinya, seperti bumi dan langit. Banyak sekali peraturan pemerintah yang memberi peluang  rakyat kecil untuk mengelola desanya secara mandiri, namun banyak pula tekanan dari pemerintah yang membatasi gerak masyarakat dalam mengelola desanya. Karena desa Tombo yang terletak dipinggir hutan, mau tidak mau aku dan teman teman berfikir keras bagaimana caranya supaya warga desa Tombo bisa menikmati hutan untuk keberlangsungan ekonomi tanpa merusaknya.
Banyak cara telah ditempuh, hingga akhirnya aku dan teman teman focus pada pendidikan, dengan harapan bahwa melalui pendidikanlah semua hakikat kebenaran akan terlihat, melalui pendidikan pula akan lahir generasi generasi yang akan mencintai lingkungan tumbuh subur…
Singkat cerita, pasca kegiatan di Tombo tersebut, aku mulai berfikir, siapa diantara orang orang mitra dieng yang dapat diajak ngobrol untuk kelanjutan pembangunan masyarakat dan hutan didesa Tombo?, akhirnya pikiranku bertumpu pada sosok Pak Be, orang Bogor.
Selama beberapa tahun tersebut aku tidak pernah bertemu secara fisik dengan Pak Be, cuman melalui sms atau kadang kadang Pak Be yang nelpon, dari banyak obrolan melalui telephon tersebut akhirnya teridentifikasi kebutuhan yang mendasar untuk desa Tombo, yaitu pendidikan yang berbasis lingkungan ( hutan, masyarakat, alam). Sehingga dikemudian hari oleh Pak Be kami diperkenalkan dengan Ashoka Bandung sebuah lembaga pe-motivasi anak anak muda sampai  akhirnya ada salah satu pemuda desa Tombo yang lolos seleksi untuk belajar di Ashoka.
Hal yang mengejutkan adalah terjadi pada bulan Juni 2007, ketika aku mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan yang bernama Shared Learning (SL) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Bogor, kegiatan tersebut diselenggarakan oleh PILI (yang pada waktu itu aku sudah sering mendengar namanya karena ada Kang Tomas dan Kang Iwan disana yang sebelumnya pernah aku kenal, namun belum pernah tahu wujudnya), karena aku belum tahu kegiatannya, maka sehari sebelum kegiatan aku sudah di Bogor untuk menemui Pak Be, ada pengalaman menarik saat itu, ternyata aku mendapat undangan kegiatan tersebut berkat campur tangan Pak Be, yang entah memberitahu siapa, sehingga undangan sampai padaku. Aku semakin mengerti dengan Pak Be, ternyata motivasi Pak Be adalah ingin tetap silaturrahim dan membantu orang Tombo dalam memajukan desanya, beliau selalu menanyakan kabar teman teman di Tombo dengan menyebut namanya satu persatu….
Kegiatan SL ini pulalah yang kemudian hari membawaku menjadi semakin bisa melihat dunia, membawaku menjadi semakin kenal dengan banyak orang.., atas jasa Pak Be.
Karena tulisan ini menceritakan tentang hubunganku dengan Bogor, maka SL-pun akan aku ceritakan tentang hubunganku dengan “orang orang SL” yang dari bogor atau setidaknya bekerja di Bogor.
SL yang aku ikuti pertama kalinya ternyata adalah SL yang ke enam, awalnya aku bingung, karena pada saat itu temanya adalah penataan ruang, yang didesaku kalau bicara masalah tata ruang desa maka akan berhubungan dengan Hutan (Perhutani dan PTPN) yang sangat rawan sekali dengan konflik, aku semakin bingung, disisi lain aku ingin sekali menerapkan pengetahuan dari SL, disisi lain lagi kegiatanku sudah focus didunia pendidikan, yang secara rutinitas tidak ada hubungannya dengan tata ruang. Ditengah kebingungan ini aku sempat berfikir kembali dari kalimat kalimat Pak Be, yaitu disetiap kondisi apapun manfaatkan apa saja yang mungkin untuk kemajuan desa. Kebetulan sekali suasana pembelajaran di SL sangat berbeda dengan workshop atau seminar yang aku tahu sejauh ini, ternyata antara panitia, fasilitator, reviewer mereka semua akrab dengan peserta, sehingga aku putuskan untuk lebih mengenal akrab dengan para fasilitator dengan harapan mereka dapat aku jadikan guru, teman, sekaligus tempat aku curhat, mereka yang aku kenal akrab saat SL ini adalah orang orang CIFOR yaitu Mas Yayan, Mas Anto, dan Kang Agus ( ketiganya orang Bogor / orang yang kesehariannya di Bogor), yang ternyata ketiga orang ini sangat membuka diri ketika aku jadikan tempat curhat dan cerita tentang desaku. Itulah hasil yang luar biasa dalam diriku, yaitu bisa kenal dengan mereka bertiga, sehingga tema tata ruang seakan hilang dalam otakku dibanding mengenal mereka, selain aku kembali bertemu dengan Kang Rasman, lagi lagi ini semua berkat jasa Pak Be orang Bogor.
Singkat cerita kembali, pada bulan November aku kembali mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan SL ke tujuh, yang diadakan di Taman Nasional Gede Pangrango, lagi lagi aku bertemu dengan ketiga orang CIFOR ditambah aku mulai kenal dengan Bu Moira dan  Mas Oo’ (CIFOR), Mas Agus Priyono (PILI), ketiga orang ini juga mulai membuka diri ketika aku ajak curhat tentang kondisi desaku, sehingga jasa kegiatan SL disamping aku bertambah banyak pengetahuan, aku juga lebih kenal dengan banyak orang orang hebat. Selain keenam orang yang aku kenal, aku kenal pula dengan banyak orang orang hebat dari pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, Jawa Barat, Jawa Timur dan masih banyak lagi. Mereka semua telah memberi inspirasi luar biasa dalam diriku, sehingga dalam mengelola sekolah, banyak sekali diwarnai oleh model pembelajaran di SL dan pikiran pikiran orang orang tadi.
Disekolahku,  para siswa sudah sangat biasa sekali melakukan diskusi dan pembelajaran menggunakan kertas plano, meta plan, diselingi permainan, bahkan slogan Semua Orang adalah Guru, Semua Orang adalah Murid, Semua tempat adalah ruang belajar, Pengalaman menjadi bahan pelajaran utama, Belajar dengan sengaja sadar dan teratur, telah menjadi slogan disekolahku yang setiap murid baru harus hafal.
Aku tidak bisa memungkiri, bahwa kegiatan SL telah membawa banyak perubahan pada pola pikiranku, bukan materi atau tema dari SL namun metode serta iklim pembelajaran SL itulah yang aku serap, adopsi dan menjadi ruh di sekolahku….
Perjuangan Pak Be orang Bogor untuk desa Tombo tidak berhenti sampai disitu, pada tahun 2008 aku diperkenalkan dengan Lembaga Pendidikan Pertanian Organik Karang Widya yang sampai saat ini desa Tombo masih diberi kuota untuk mengirim anak anak mudanya belajar disana gratis, kemudian aku juga bisa menitipkan anak dari desaku untuk belajar di Salam, kemudian aku juga diperkenalkan dengan TRUE, sebuah lembaga trainer guru melalui Kang Uut, karena memang konsenku disekolah, perkenalan dengan true ini aku sambut dengan gembira, sehingga pada bulan Juli 2008 dan Februari 2009 true silaturrahim kedesa Tombo dengan misi ingin membantu guru guru disekolahku dalam mengatur manajemen hati untuk pengelolaan sekolah, hasilnya sangat luar biasa pada diriku, aku semakin mengenal dunia yang lebih luas, sekolahku kembali diwarnai oleh ruh true, hasilnya,  pengaruh bogor kembali merasuki jiwaku, jiwa sekolahku, jiwa siswa siswaku, dan semoga jiwa Tombo, lagi lagi ini berkat jasa Pak Be orang Bogor.
Silaturrahim dengan true juga bukan sekedar hubungan dengan trainer guru, tapi aku berusah auntuk mengenal secara pribadi, sehingga sampai pada satu titik dimana aku diberi kepercayaan untuk memperkenalkan true dengan sekolah lain, yang dengan “curang”nya aku memanfaatkan true untuk aku pribadi, untuk sekolahku.
Kembali ke SL, orang orang yang aku kenal di SL juga telah aku “manfaatkan” untuk kegiatan kegiatan social yang ada didesaku, mereka aku ajak untuk andil, padahal mereka semua belum pernah ada yang melihat apalagi menginjakkan kaki di Tombo, itulah hebatnya SL, bisa mempertemukan aku dengan orang orang yang bisa percaya kepadaku, walaupun hanya bertemu melalui kegiatan belajar bersama.
Kegiatan SL berikutnya yang aku ikuti adalah SL yang kesebelas di Taman Nasional Bali Barat, kembali aku bertemu dengan orang orang CIFOR dan PILI, kecuali Mas Anto, aku kembali cerita ngalor ngidul tentang perkembangan didesaku berkat SL. Sebenarnya aku malu dengan panitia SL karena tema yang mereka usung sedikit sekali yang  aku lakukan didesaku, aku lebih banyak menyerap proses dan ruh pembelajarannya dibanding dengan temanya, semoga saja panitia bisa memaklumi karena kegiatan keseharianku yang agak beda dengan tema tema SL.
Tulisanku ini tidak ada maksud apapun, aku tidak mendewakan Pak Be, True, CIFOR, PILI, atau lainnya, aku hanya ingin mengungkapkan rasa terimakasihku kepada semuanya yang kebetulan dari Bogor, sehingga mungkin tidak salah jika aku menyebutnya Bogor telah mempengaruhi hidupku. Tulisan ini juga tidak akan pernah ada jika aku tidak mengenal orang orang bogor dan mereka semua sudah banyak membantuku dalam banyak hal, termasuk mau membaca tulisan ini.
Bogor telah mewarnai hidupku, bogor telah banyak membantuku, bogor telah membuka pikiranku…
Akhirnya, terimakasih untuk Pak Be semoga segala amal baikmu bisa menempatkanmu pada surga-Nya, untuk orang orang CIFOR  Kang Agus, Mas Yayan, Mas Anto, Bu Moira semoga perjuangan anda dalam melestarikan hutan dan membuka pikiran banyak orang, dapat dituai tidak hanya didunia saja namun sampai akhirat kelak, untuk PILI  Bu Pem, Kang Agus semoga anda berdua tetap menebar informasi untuk semua orang yang peduli terhadap lingkungan, untuk TRUE Pak Ical, Kang Kalih, Kang Uut semoga Allah selalu member  kekuatan kepada anda dalam memotivasi guru untuk peradaban sejati yang baik di negeri ini, untuk P4W IPB  Pak Pepen, Pak Ernan, Mas Widhi, Mas Arif semoga desa tambah menjadi penyemangat perjuangan anda, untuk Karang Widya Pak Ngalim, Mas Miftah, semoga Allah selalu memberi kekuatan untuk anda dalam membimbing generasi muda untuk mencintai negerinya, untuk teman teman SALAM, Kalam, Kampung Bogor, Kemarin Sore, dan teman teman Bogor yang tidak dapat aku sebut satu persatu, semoga apa yang telah kalian semua berikan kepadaku dicatat oleh-Nya sebagai amal baik yang akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda diakhirat nanti.
Terimakasih semua….
Salam, Syakur.

(repost https://abdussyakur.wordpress.com/ )
Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "cerita guruku yang luar biasa (Bp.Abdussyakur)"